Laman

Search This Blog

Postingan Populer

10 Adab Agar Doa Dikabulkan


dakwatuna.com – Ramadhan adalah syahrud du’aa’ –bulan berdoa-. Sehingga rangkaian ayat-ayat yang panjang itu, disisipi seruan untuk berdoa. Allah swt. berfirman:
shaum
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)
Pengalihan seruan dari orang-orang beriman terkait dengan hukum-hukum shaum, beralih pada seruan untuk Rasulullah saw. agar beliau mengajarkan dan mengingatkan orang-orang beriman, apa-apa yang mesti mereka perhatikan dalam pelaksanaan ibadah, baik berupa ketaatan maupun sikap ikhlas, juga bersimpuh hanya kepada-Nya dengan doa, doa yang mengantarkan mereka pada petunjuk dan jalan kebaikan. Ini menunjukkan betapa pentingnya ibadah doa. Bahkan ada tiga kelompok yang doanya tidak akan tertolak:
“ثلاثة لا ترد دعوتهم: الصائم حتى يفطر، والإمام العادل، ودعوة المظلوم يرفعها الله فوق الغمام وتفتح لها أبواب السماء ويقول الرب: وعزتي وجلالي لأنصرنك ولو بعد حين ” (رواه أحمد والترمذي)
“Tiga kelompok yang tidak akan ditolak do’anya: Orang yang berpuasa sampai ia berbuka. Pemimpin yang adil. Dan do’a orang yang teraniaya. Allah menyibak awan dan membuka pintu-pintu langit seraya berfirman: “Demi kemulian-Ku dan keagungan-Ku, pasti Aku tolong kamu, walau setelah beberapa waktu.” Ahmad dan At Tirmidzi
Doa adalah perwujudan rasa cinta seorang hamba kepada Allah swt., sekaligus pengakuan akan kebutuhan dan pertolongan-Nya. Hakikat doa sebenarnya juga meminta kekuatan dan kesanggupan dari Allah swt. Dalam doa ada makna memuji Allah swt., ada pengakuan bahwa Allah Maha Mulia lagi Maha Pemurah. Itu semua menjadi ciri pengabdian dan penghambaan. Rasulullah saw. bersabda:
من لم يسأل الله يغضب عليه
“Barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah, Allah marah padanya.” Beliau juga bersabda:
“أفضل العبادة الدعاء“.
“Sebaik-baik ibadah adalah doa”
Diriwayatkan dari Nu’man bin Basyir dari Nabi saw. bersabda: “Doa adalah ibadah. Dan Tuhan Kalian menyeru: Berdoalah kalian kepada-Ku, Pasti Aku kabulkan doa kalian.” Rasulullah saw. juga bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling bakhil di antara manusia adalah orang yang pelit salam. Dan selemah-selemah manusia adalah orang yang tidak mau berdoa.”
Dari Salman berkata, Rasulullah saw. bersabda:
(لا يرد القضاء إلا الدعاء ولا يزيد في العمر إلا البر(
“Putusan atau qadha’ Allah tidak bisa ditolak kecuali dengan doa. Dan sesuatu tidak akan menambah umur kecuali kebaikan atau al-birr.”
Diriwayatkan dari imam Ahmad, Bazzar dan Abu Ya’la dengan sanad jayyid, dari Abu Said bahwa Nabi saw. bersabda:
عن أبي سعيد أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: “ما من مسلم يدعو بدعوة ليس فيها إثم ولا قطيعة رحم إلا أعطاه الله بها إحدى ثلاث إما أن تعجل له دعوته وإما أن يدخرها له في الآخرة وإما أن يصرف عنه من السوء مثلها”. قالوا: إذا نكثر. قال: “الله أكثر”.
“Tiada setiap muslim berdoa dengan suatu doa, dalam doa itu tidak ada unsur dosa dan memutus tali silaturahim, kecuali Allah pasti memberikan kepadanya salah satu dari tiga hal; adakalanya disegerakan doanya baginya, adakalanya disimpan untunya diakhirat kelak, dan adakalanya dirinya dihindarkan dari keburukan.” Para sahabat bertanya: “Jika kami memperbanyak doa?” Rasulullah saw. bersabda: “Allah lebih banyak (mengabulkan doa).”
Rasulullah saw. bersabda: “Tiada di atas permukaan bumi seorang muslim yang berdoa kepada Allah dengan suatu doa kecuali Allah akan mendatangkan kepadanya apa yang ia pinta, atau Allah palingkan darinya keburukan. Ketika ia tidak berbuat dosa atau sedang memutus hubungan silaturahim.” Rasulullah saw. juga bersabda dalam hadits Qudsi, Allah swt. berfirman:
وقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: “إن الله يقول: أنا عند ظن عبدي بي وأنا معه إذا دعاني”.
“Aku tergantung persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya ketika ia berdoa kepada-Ku.”
Adab Berdoa
Pertama, Memakan makanan dan memakai pakaian dari yang halal. Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Seorang laki-laki yang lusuh lagi kumal karena lama bepergian mengangkat kedua tanganya ke langit tinggi-tinggi dan berdoa : Ya Rabbi, ya Rabbi, sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dagingnya tumbuh dari yang haram, maka bagaimana doanya bisa terkabulkan.?” Imam Muslim
Kedua, Hendaknya memilih waktu dan keadaan yang utama, seperti:
1. tengah malam, Rasulullah saw. bersabda:
: قال صلى الله عليه وسلم: “أقرب ما يكون الرب من العبد في جوف الليل الآخر فإن استطعت أن تكون ممن يذكر الله في تلك الساعة فكن”.
“Keadaan yang paling dekan antara Tuhan dan hambanya adalah di waktu tengah malam akhir. Jika kamu mampu menjadi bagian yang berdzikir kepada Allah, maka kerjakanlah pada waktu itu.”
Dari Jabir berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya bagian dari malam ada waktu yang apabila seorang hamba muslim meminta kebaikan kepada Allah dan sesuai dengan waktu itu, pasti Allah mengabulkannya.” Imam Ahmad menambah: “Itu terjadi di setiap malam.”
2. saat sujud. Rasulullah saw. bersabda: “Dan adapun ketika sujud, maka bersungguh-sungguhlah kalian berdoa, niscaya akan diijabahi doa kalian.”
3. ketika adzan. Rasulullah saw. bersabda: “Ketika seorang muadzin mengumandangkan adzan, maka pintu-pintu langit dibuka, dan doa diistijabah.”
4. antara adzan dan iqamat. Rasulullah saw. bersabda: “Doa antara adzan dan iqamat mustajab, maka berdoalah.”
5. ketika bertemu musuh. Dari Sahl bin Saad, dari Nabi saw. bersabda: “Dua keadaan yang tidak tertolak atau sedikit sekali tertotak; doa ketika adzan dan doa ketika berkecamuk perang.”
6. ketika hujan turun. Dari Sahl bin Saad dari Nabi saw. bersabda: “Dan ketika hujan turun.”
7. potongan waktu akhir di hari Jum’at. Rasulullah saw. bersabda: “Hari Jum’at 12 jam tiadalah seorang muslim yang meminta kepada Allah sesuatu, kecuali pasti Allah akan memberinya. Maka carilah waktu itu di akhir waktu bakda shalat Ashar.”
8. doa seseorang untuk saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya. Dalam riwayat Imam Muslim dari Abu Darda’ berkata: “Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seorang muslim yang berdoa bagi saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya itu, kecuali Malaikat berkata, bagimu seperti apa yang kamu doakan untuk saudaramu.” Dalam kesempatan yang lain Rasulullah saw. bersabda: “Doa seorang al-akh bagi saudaranya tanpa sepengetahuan dirinya tidak tertolak.”
9. hendaknya ketika tidur dalam kondisi dzikir, kemudian ketika bangun malam berdoa. Dari Muadz bin Jabal dari Nabi saw. bersabda: “Tiada seorang muslim yang tidur dalam keadaan dzikir dan bersuci, kemudian ketika ia bangun di tengah malam, ia meminta kepada Allah suatu kebaikan dunia dan akhirat, kecuali Allah pasti mengabulkannya.”
Ketiga, Berdoa menghadap kiblat dan mengangkat doa tangan.
Dari Salman Al-Farisi berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah Maha Hidup lagi Maha Pemurah. Dia malu jika ada seseorang yang mengangkat kedua tangannya berdoa kepada-Nya, Dia tidak menerima doanya, nol tanpa hasil.”
Keempat, Dengan suara lirih, tidak keras dan tidak terlalu pelan.
Rasulullah saw. bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya Dzat yang kalian berdoa kepada-Nya tidak tuli dan juga tidak tidak ada / gaib.”
Kelima, Tidak melampaui batas dalam berdoa.
Allah swt. berfirman: “Berdoalah kepada Tuhan kalian dengan penuh rendah diri dan takut (tidak dikabulkan). Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang melampaui batas.” Al-A’raf:55. Contoh melampai batas dalam berdoa adalah minta disegerakan adzab, atau doa dalam hal dosa dan memutus silaturahim dll.
Keenam, Rendah diri dan khusyu’. Allah swt. berfirman:
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” Al-Araf:55. Allah swt. berfirman dalam surat Al-Anbiya’:90:
“Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.”
Ketujuh, Sadar ketika berdoa, yakin akan dikabulkan dan benar dalam pengharapan.
عن أبى هريرة قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: “ادعوا الله وأنتم موقنون بالإجابة واعلموا أن الله لا يستجيب دعاء من قلب غافل لاه”،
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Berdoalah kepada Allah, sedangkan kalian yakin akan dikabulkan doa kalian. Ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” Imam Ahmad
Rasulullah saw. juga bersabda: “Jika salah satu di antara kalian berdoa, maka jangan berkata: “Ya Allah ampuni saya jika Engkau berkenan. Akan tetapi hendaknya bersungguh-sungguh dalam meminta, dan menunjukkan kebutuhan.”
Sufyan bin ‘Uyainah berkata: “Janganlah salah seorang dari kalian menahan doa apa yang diketahui oleh hatinya (dikabulkan), karena Allah swt. mengabulkan doa makhluk terkutuk, iblis laknatullah alaih. Allah swt. berfirman: “Berkata iblis: “Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan. Allah berfirman: “(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh.” Al-Hijr:36-37
Kedelapan, Hendaknya ketika berdoa memelas, menganggap besar apa yang didoakan dan diulang tiga kali.
Ibnu Mas’ud bekata: “Adalah Rasulullah saw. jika berdoa, berdoa tiga kali. Dan ketika meminta, meminta tiga kali. Rasulullah saw. bersabda: “Jika salah satu di antara kalian meminta, maka perbanyaklah atau ulangilah, karena ia sedang meminta kepada Tuhannya.”
Kesembilan, Hendaknya ketika berdoa dimulai dengan dzikir kepada Allah dan memujinya dan agar mengakhirinya dengan shalawat atas nabi saw.
Kesepuluh, Taubat dan mengembalikan hak orang yang dizhalimi, menghadap Allah dengan ringan.
Dari Umar bin Khattab ra. berkata: “Sesungguhnya saya tidak memikul beban ijabah, akan tetapi memikul doa, maka ketika saya telah berupaya dalam doa, maka ijabah atau dikabulkan akan bersamanya.”
Ia melanjutkan: “Dengan sikap hati-hati dari apa yang diharamkan Allah swt. Allah akan mengabulkan doa dan tasbih.”
Dari Abdullah bin Mas’ud ra berkata: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan kecuali orang yang sadar dalam berdoa. Sesungguhnya Allah tidak mengabulkan dari orang yang mendengar, melihat, main-main, sendau-gurau, kecuali orang yang berdoa dengan penuh keyakinan dan kemantapan hati.”
Dari Abu Darda’ berkata: “Mintalah kepada Allah pada hari di mana kamu merasa senang. Karena boleh jadi Allah mengabulkan permintaanmu di saat susah.” Dia juga berkata: “Bersungguhlah dalam berdoa, karena siapa yang memperbanyak mengetok pintu, ia yang akan masuk.”
Dari Hudzaifah berkata: “Akan datang suatu zaman, tidak akan selamat pada zaman itu, kecuali orang yang berdoa dengan doa seperti orang yang akan tenggelam.”
Menghindari kesalahan dalam berdoa
Ada beberapa praktek doa yang disebagian umat muslim masih terus berlangsung, padahal itu menjadi penghalang doa dikabulkan. Di antaranya adalah:
Pertama, Berdoa untuk keburukan keluarga, harta dan jiwa.
Dari Jabir ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kalian berdoa untuk kemadharatan diri kalian, dan jangan berdoa untuk keburukan anak-anak kalian. Jangan berdoa bagi keburukan harta-harta kalian. Janganlah kalian meminta kepada Allah di satu waktu yang diijabah Allah, padahal doa kalian membawa keburukan bagi kalian.” Imam Muslim
Kedua, Terlalu keras dalam berdoa. Allah berfirman:
“Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al-Asmaaul Husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu (doamu) dan janganlah pula merendahkannya. Dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” Al-Isra’:110
Ketiga, Melampau batas. Seperti berdoa agar disegerakan adzab, doa dengan dicampuri dosa dan memutus tali silaturahim.
Keempat, Berdoa dengan pengecualian. Contoh: “Ya Allah, ampuni saya jika Engkau berkenan.”
Kelima, Tergesa-gesa. Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Akan diijabahi doa kalian, jika tidak tergesa-gesa. Sungguh kamu telah berdoa, maka atau kenapa tidak diijabahi?” Imam Bukhari
Demikian, uraian singkat tentang keutamaan doa di bulan Ramadhan, adab berdoa, waktu-waktu yang istijabah, dan hal-hal yang harus dihindari ketika berdoa. Semoga kesungguhan doa kita, terutama di bulan suci ini didengar Allah swt., Amin. Allahu a’lam.


Oleh: Ulis Tofa, Lc


Sumber : http://www.dakwatuna.com

Ringkasan Sirah Rasulullah S.A.W

  • e

Segala puji bagi Allah SWT pencipta langit dan bumi, pencipta cahaya dan kegelapan, yang mengumpulkan para makhluk di hari perhitungan, hari kemenangan bagi orang yang berbuat baik dan kesengsaraan bagi ahli maksiat. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan benar selain Allah tiada sekutu baginya, dengan persaksian yang bisa membawa kepada kebahagiaan di hari kiamat. Semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW pemimpin para nabi dan rasul, keluarga dan para sahabatnya yang mulia.
Amma ba’du, ini adalah ringkasan dari sejarah Rasulullah Muhammad SAW yang penting untuk diketahui oleh setiap muslim. Harapan kami, semoga ia bermanfaat untuk para pembaca.






Nasab Rasulullah SAW
Beliau adalah Abu al-Qasim Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdimanaf bin Qusay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaima bin Mudrikah bin Ilyas bin bin Mudhar bin Nizar bin Maad bin Adnan bin Udad bin al-Muqawwam bin Nahur bin Tayrah bin Ya’rub bin Yasyjub bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim “Kekasih Allah” (alaihima as-salam) bin Tarih atau Azar bin Nahur bin Saru’ bin Ra’u bin Falikh bin Aybir bin Syalikh bin bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh (alaihis salam) bin Lamk bin Mutusyalkh bin Akhnukh –yaitu Nabi Idris keturunan Nabi Adam yang pertama menjadi nabi dan yang menulis dengan pena– bin Yarda bin Mahlil bin Qinan bin Yanish bin Syits bin Adam alaihissalam.
Nasab ini disebutkan oleh Muhammad bin Ishak bin Yasar al-Madani di salah satu riwayatnya. Nasab Rasulullah sampai Adnan disepakati oleh para ulama, sedangkan setelah Adnan terjadi perbedaan pendapat. Yang dimaksud Quraisy adalah putra Fihr bin Malik atau an-Nadhr bin Kinanah.
Ibu Rasulullah SAW.
Ibunya adalah Aminah binti Wahb bin Abdimanaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib.
Kelahiran Rasulullah saw.
Beliau dilahirkan di Mekah pada tahun Gajah bulan Rabiul Awal, tanggal dua, hari Senin. Sebagian ulama mengatakan bahwa beliau dilahirkan setelah tiga puluh tahun dari tahun gajah. Sebagian lagi mengatakan setelah empat puluh tahun dari tahun gajah. Pendapat yang benar adalah pada tahun gajah.
Kematian Ayah, Ibu, dan Datuknya
Ayahnya meninggal dunia ketika ia berusia dua puluh lapan bulan. Menurut sebahagian ulama usianya tujuh bulan ketika ayahnya meninggal. Ada lagi yang berpendapat bahwa ayahnya meninggal di perkampungan an-Nabighah ketika ia masih janin. Dan dikatakan pula bahwa ayahnya wafat di daerah Abwa yang terletak antara Makkah dan Madinah.
Abu Abdillah Zubair bin Bakkar az-Zubairi berkata: Abdullah bin Abdul Mutthalib wafat di Madinah ketika Muhammad berusia dua bulan.
Sedangkan ibunya meninggal dunia ketika ia berusia empat tahun. Sementara datukya meninggal dunia ketika usia Muhammad lapan tahun. Dikatakan pula bahawa ibunya wafat ketika ia berusia enam tahun.
Penyusuan Muhammad Rasulullah SAW
Nabi Muhammmad SAW disusui oleh Tsuwaibah budak Abu Lahab bersama dengan penyusuan Hamzah bin Abdul Mutthalib dan Abu Salamah Abdullah bin Abdul Asad al-Makhzumi dengan air susu anaknya yang bernama Masruh. Kemudian Muhammad SAW disusui oleh Halimah binti Abi Dzuaib as-Sa’diyah.
Nama-nama Rasulullah SAW
Jubair bin Mut’im berkata, Rasulullah SAW bersabda:
‘Saya adalah Muhammad, saya adalah Ahmad, saya adalah al-Mahi yang dengan sebabku Allah SWT menghapus kekufuran, saya adalah al-Hasyir yang mengumpulkan manusia, saya adalah al-A’qib yang tidak ada nabi lagi setelahku’. (Hadis sahih diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
Abu Musa Abdullah bin Qais berkata: “Rasulullah SAW memberikan dirinya beberapa nama di antaranya ada yang kami hafal. Beliau mengatakan:
‘Saya Muhammad, saya Ahmad, saya al-Muqaffi, saya Nabi taubat dan Nabi rahmat.’ Dalam riwayat lain: ‘dan Nabi peperangan’.” (Hadis sahih diriwayatkan oleh Muslim)
Jabir bin abdillah berkata, Rasulullah SAW bersabda:
‘Saya Ahmad, saya Muhammad, saya al-Hasyir (yang mengumpulkan), saya al-Mahi (yang dengan sebabku Allah SWT menghapus kekefuran), dan pada hari kiamat nanti panji kemuliaan berada di tanganku. Aku pemimpin para rasul dan pemilik syafaat mereka.”
Allah SWT memberikan nama kepadanya di dalam Al-Quran dengan nama Basyir (pembawa kabar baik), Nadzir (pembawa berita buruk), Rauf (lemah lembut), Rahim (penyayang), dan Rahmatan lilalamin (pembawa rahmat buat alam semesta).
Masa kecilnya di Mekah, perjalanannya menuju Syam bersama pakciknya Abu Talib dan pernikahannya dengan Khadijah.
Muhammad dalam keadaan yatim piatu diasuh oleh datukya Abdul Mutthalib kemudian oleh pakciknya Abu Talib.
Allah SWT mensucikannya dari kotoran-kotoran jahiliyah dan dari semua aib. Allah SWT menganugerahkan semua sifat-sifat yang baik sehingga Beliau dikenal di kalangan kaumnya dengan julukan Al-Amin (orang yang jujur) karena amanah, kejujuran dan kesuciannya.
Ketika usianya mencapai dua belas tahun ia mengadakan perjalanan ke Syam bersama pamannya. Ketika sampai di Bushra seorang pendeta bernama Bahira melihatnya. Ia mengenalnya dengan ciri-ciri yang ada pada Muhammad SAW. Buhaira mendatangi Muhammad, mengambil tangannya dan berkata: “Inilah tuan untuk semesta alam, inilah utusan Rabb semesta alam, inilah nabi yang akan diutus untuk semesta alam.” Buhaira ditanya: “Dari mana kamu tahu hal ini?” Ia berkata: “Sesungguhnya ketika kalian datang dari Aqabah tidak ada pepohonan dan bebatuan kecuali semuanya sujud. Dan ini tidak dilakukan kecuali kepada nabi. Dan kami mendapatkan hal ini dari kitab suci kami.” Kemudian ia meminta Abu Talib untuk kembali bersamanya karena khuatir terhadap kejahatan orang-orang Yahudi kepadanya.
Kemudian Muhammad mengadakan perjalanan ke Syam yang kedua kali bersama Maysarah pembantu Khadijah RA untuk berniaga di pasar kota Bushra sebelum Khadijah dinikahi oleh Muhammad.
Ketika Muhammad berusia dua puluh lima tahun, baginda menikahi Khadijah. Dan ketika usianya empat puluh tahun Allah SWT memilihnya untuk membawa risalah-Nya. Jibril mendatanginya ketika Muhammad berada di gua Hira yang terletak di sebuah gunung di Makkah. Semenjak itu jadilah Baginda sebagai Rasullullah. Beliau berdakwah di Mekah selama tiga belas tahun, menurut pendapat lain lima belas tahun atau sepuluh tahun, pendapat yang benar adalah tiga belas tahun.
Rasulullah SAW solat menghadap Baitul Maqdis selama di Makkah tanpa membelakangi Ka’bah tetapi menjadikan Ka’bah di depannya. Setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah SAW solat menghadap ke Baitul Maqdis selama tujuh belas atau enam belas bulan.
Hijrah Rasulullah SAW
Rasulullah SAW hijrah ke Madinah bersama Abu Bakar as-Siddiq ra dan budaknya Amir bin Fuhairah serta seorang penunjuk jalan Abdullah bin al-Uraiqit al-Laitsi yang masih kafir. Selanjutnya Rasulullah SAW berdakwah di Madinah selama sepuluh tahun.
Wafatnya
Rasulullah SAW wafat dalam usia enam puluh tiga tahun. Ada juga pendapat yang mengatakan Beliau wafat dalam usia enam puluh lima atau enam puluh, namun pendapat pertama adalah pendapat yang benar.
Rasulullah SAW wafat pada waktu dhuha hari Isnin dua belas Rabiul Awal. Pendapat lain mengatakan tanggal dua atau tanggal satu Rabiul Awal.
Beliau dimakamkan pada malam Rabu. Pendapat lain mengatakan malam Selasa. Sebelum wafat, Rasullullah SAW menderita sakit selama dua belas atau empat belas hari.
Rasulullah SAW dimandikan oleh Ali bin Abi Talib, pakciknya Abbas, al-Fadhl bin Abbas, Qutsam bin Abbas, Usamah bin Zaid dan Syuqran serta dihadiri pula oleh Aus bin Khaula al-Anshari.
Beliau dikafani dengan tiga lapis kain putih yang dibuat di Sahul –sebuah negeri di Yaman — tanpa gamis dan serban. Kemudian kaum muslimin mensolatinya sendiri-sendiri tanpa jamaah.
Jasad Rasulullah SAW diletakkan di atas sehelai kain merah yang dipakainya untuk selimut lalu dimasukkan ke dalam kubur oleh Abbas, Ali, al-Fadhl, Qutsam dan Syuqran kemudian ditutup dengan sembilan batu.
Rasulullah SAW dimakamkan di tempat Beliau wafat yaitu sekitar tempat tidurnya di kamar Aisyah ra dan di tempat itu pula dimakamkan Abu Bakar ra dan Umar ra.
Putra-putri Rasulullah SAW
Rasulullah SAW memilik tiga orang putra yaitu:
1. Al-Qasim, dilahirkan di Makkah sebelum Muhammad diangkat menjadi Nabi. Al-Qasim meninggal di Mekah pada usia dua tahun. Namun menurut Qatadah, Al-Qasim meninggal ketika ia sudah boleh berjalan.
2. Abdullah, dinamakan juga dengan at-Thayyib (yang baik) dan at-Thahir (yang suci) karena ia dilahirkan sesudah Islam. Ada pendapat yang mengatakan bahwa at-Thayyib dan at-Thahir ini adalah putra Rasulullah SAW yang lain, namun pendapat pertama adalah yang benar.
3. Ibrahim, dilahirkan dan wafat di Madinah tahun sepuluh hijriah pada usia tujuh belas atau lapan belas bulan. Ada pendapat yang mengatakan Rasulullah SAW memiliki putra lain yang bernama Abdul Uzza tapi pendapat ini sangat lemah karena Allah SWT telah mensucikan dan melindungi Nabi SAW dari hal demikian (penamaan anak Abdul Uzza yang berarti hamba Uzza nama salah satu berhala Quraisy-pentj.)
Putri-putri Rasulullah SAW
1. Zainab, menikah dengan Abu Al-Ash bin Rabi’ bin Abdul Uzza bin Abdul Syams sepupu Zainab, karena ibunya adalah Hala binti Khuwailid (saudara dari Khadijah binti Khuwailid). Zainab mempunyai anak bernama Ali yang meninggal waktu kecil dan Umamah yang digendong oleh Nabi SAW waktu solat dan setelah dewasa menikah dengan Ali bin Abi Talib setelah Fatimah wafat.
2. Fatimah, menikah dengan Ali bin Abi Thalib. Dari pernikahan tersebut Fatimah melahirkan Hasan, Husain, Muhassin yang meninggal waktu kecil, Ummu Kultsum yang menikah dengan Umar bin Khattab, dan Zainab yang menikah dengan Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib.
3. Ruqayyah, menikah dengan Ustman bin Affan. Meninggal di pangkuan Ustman. Ustman lalu menikahi Ummu Kultsum (adik Ruqayyah) yang juga meninggal di pangkuannya. Ruqayyah memiliki seorang putra yang bernama Abdullah sehingga Ustman dipanggil dengan kunyah Abu Abdullah.
Putri-putri Rasulullah SAW empat orang tanpa ada perbezaan pendapat ulama mengenai hal ini sedangkan putra-putranya tiga orang berdasarkan pendapat yang benar.
Urutan putra-putri Rasulullah SAW adalah sebagai berikut: Al-Qasim, Zainab, Ruqayyah, Fatimah, Ummu Kultsum, Abdullah, dan Ibrahim yang lahir di Madinah. Semuanya adalah putra-putri dari Khadijah kecuali Ibrahim yang lahir dari Maria Al-Qibtiyah dan semuanya meninggal sebelum Muhammad menjadi rasul kecuali Fatimah yang meninggal enam bulan setelah kematian Rasulullah SAW.
Haji dan Umrah Rasulullah SAW
Hammam bin Yahya meriwayatkan dari Qatadah ia berkata: Saya bertanya kepada Anas: “Berapa kali Nabi SAW melaksanakan haji?” Anas menjawab: “Satu kali dan umrah empat kali. Pertama ketika dihalangi kaum musyrikin, kedua tahun berikutnya ketika mengadakan perjanjian (Hudaibiah), ketiga umrahnya dari Ji’ranah setelah membagikan harta rampasan perang Hunain dan yang keempat umrahnya bersama haji.” (Hadits Muttafaq alaih)
Kesemuanya ini setelah hijrah ke Madinah. Adapun haji dan umrah yang dilakukan Nabi SAW ketika di Makkah tidak diketahui. Dan haji yang dilakukannya adalah haji wada (perpisahan), yaitu ketika Nabi SAW menyatakan salam perpisahan kepada umatnya dan berkata: “Mungkin kalian tidak akan melihatku lagi setelah tahun ini.”
Peperangan Rasulullah SAW
Menurut pendapat masyhur yang dikatakan Muhammad bin Ishak, Abu Ma’syar, Musa bin Uqbah dan yang lainnya Rasulullah SAW mengikuti langsung dua puluh lima peperangan. Dan ada yang mengatakan dua puluh tujuh peperangan. Sedangkan jumlah pengiriman pasukan dan peperangan yang tidak diikuti Nabi SAW sekitar lima puluhan.
Di antara dua puluh lima peperangan tersebut yang terjadi pertempuran sebanyak sembilan kali yaitu di Badar, Uhud, Khandak, Bani Quraizhah, Mushthaliq, Khaibar, Fathu Makkah, Hunain dan Thaif. Ada yang mengatkan terjadi pertempuran juga di Wadil Qura, al-Ghaba dan Bani Nadhir.

Sumber: http://suryadhie.wordpress.com/

Gambar-Gambar Barang-Barang Rasulullah SAW




Bila kita berjauh jarak dengan yang terkasih Muhammad Rasulullah yang berbentang waktu 1.400 tahun… bila kita belum pernah melihat wajah sucinya, sementara kita menyebut namanya setiap hari, kita menghantarkan salam kepadanya setiap hari melalui solat, selawat-selawat dan do’a-do’a yang kita lantunkan, kita memohon syafa’atnya untuk keselamatan kita di akhirat dari pedihnya azab neraka, tidakkah foto-foto berikut ini mengobati kerinduan kita yang sangat dalam kepada yang Tercinta Nabi Agung, Kekasih Allah dan pribadi mulia panutan alam??
Titik air mataku begitu melihat langsung baju beliau yang bersahaja dan sudah robek, sandal beliau. Allahu Akbar … serasa dekat denganmu ya Rasulullah … Andai aku bisa melihat wajahmu, rontok segala persendianku, tak tahan dengan kenikmatan memandang kemuliaan wajahmu… Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad ….
(Foto-foto ini kebanyakan adalah koleksi yang tersimpan dari berbagai tempat di beberapa negara: Museum Topkapy di Istambul Turki, Yordania, Irak dan negara-negara Timur Tengah lainnya. Selamat merasakan kelezatan menatap peninggalan-peninggalan ini. Semoga kerinduan kita semakin memuncak kepada Nabi Agung, kekasih Allah …)
Allahumma shalli ‘ala sayyidina wa maulana Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam …







The Blessed Shirt of Prophet Muhammad SAW (Ya Allah … betapa sederhananya baju pemimpin dunia yang suci nan agung ..!!)


The Blessed Shirt of Prophet Muhammad SAW (Bagian dari baju gamis Nabi SAW )


Jubah Nabi Muhammad, Rasulullah SAW


The Blessed Seal of Rasulullah SAW (Cap mohor surat Nabi SAW)


Tapak kaki Rasulullah SAW


Dua helai rambut Rasulullah SAW

Peninggalan gigi dan rambut Nabi

Antara pedang-pedang yang pernah dimiliki Nabi


Gagang Pedang “Hatf” Nabi SAW tampak lebih jelas


Busur Panah Nabi SAW


Baju dan barang-barang Rasulullah SAW


Antara sandal peninggalan Rasulullah SAW tercinta

Sumber: http://inijalanku.wordpress.com/

Kesungguhan Ikhtiar Bukti Kejujuran Doa (Seri Keajaian Doa)

  • 0



Salah satu syarat terkabulnya doa adalah kejujuran hati seseorang saat memanjatkannya. Dan kejujuran serta
kesungguhan itu haruslah dibuktikan. Sedangkan salah satu bentuk pembuktiannya yang utama adalah dengan melakukan upaya riil dan ikhtiar sungguh-sungguh demi terwujudnya isi permohonan dalam doanya tersebut. Sehingga orang yang berdoa memohon rezeki misalnya, tidak mungkin jujur dalam doanya, jika ia tetap saja bermalas-malas dalam usaha dan ikhtiarnya untuk menyambut rezeki Allah dari jalur-jalurnya sesuai sunnatullah dan syariah-Nya sekaligus. Sebagaimana sulit dipercaya kejujuran doa seorang siswa atau mahasiswa yang ingin mendapatkan nilai istimewa dan rangking tinggi dalam ujian akhir misalnya, jika hari-harinya selama masa belajar dan termasuk sampai menjelang ujian tetap dipenuhi dengan lebih banyak bermain dan bahkan berpacaran, tidak dengan keseriusan belajar!
Maka, mari bersama mengambil ibrah dan pelajaran dari kisah inspiratif berikut ini! Selamat menyimak!
Tersebutlah sebuah sekolah di suatu daerah, dimana diantara guru-gurunya terdapat seorang yang dikenal berpaling dari ibadah kepada Allah Ta’ala, tidak menunaikan shalat, dan tidak pula melaksanakan perintah-perintah agama yang lain. Lalu ditempatkanlah di sekolah itu seorang guru baru yang baik dan saleh. Beliau menuturkan kisahnya: Saat pertama kali pergi demi menjalankan tugas mengajar – sesuai penempatan – di sekolah tersebut, dan pada waktu istirahat diantara jam-jam pelajaran, aku perhatikan guru-guru berkumpul di satu ruangan, sementara ada seorang guru yang menyendiri di ruangan lain. Maka akupun bertanya kepada mereka, mengapa dia menyendiri dan tidak bergabung bersama disini?. Mereka menjawab dengan mengatakan: Dia tidak mau shalat, maka kamipun tidak ingin dan tidak suka duduk dengannya!
Sang guru baru tersebut melanjutkan ceritanya: Aku lalu pergi dari ruang istirahat para guru, untuk duduk bersama guru yang menyendiri itu di ruangannya. Tapi dia justru menjauh dariku. Namun pada istirahat berikutnya, saat aku melakukan hal yang sama, dia sudah mulai menampakkan sikap sedikit akrab denganku. Kemudian aku berkata kepadanya: Aku datang ke daerah ini tanpa disertai seorangpun diantara anggota keluargaku. Maka jika berkenan, aku ingin tinggal bersamamu, karena aku tahu bahwa, engkaupun tinggal sendirian disini, bagaimana? Awalnya dia tampak tidak suka dan tidak berkenan dengan kata-kata dan tawaran serta permintaanku, seraya berucap: Aku ini seorang yang tidak baik! (Mungkin maksudnya bahwa, kita tidak akan cocok jika bersama, dan aku tidak akan betah tinggal dengannya! Dan mungkin saja itu ia simpulkan dari sikap umumya kawan guru terhadapnya selama ini). Namun aku buru-buru berkata kepadanya: Bagaimana kalau aku tinggal denganmu beberapa hari saja sampai aku mendapatkan tempat tinggal sendiri, dan saat itu aku akan pindah dari tempatmu? Akhirnya iapun setuju dengan opsiku tersebut.
Guru kita yang saleh ini masih melanjutkan penututurannya: Dan pada hari-hari kebersamaan kami selanjutnya, sesuai rencana, aku sengaja memberikan pelayanan kepadanya. Dimana aku biasa mencucikan pakaiannya, membuatkan makanan untuknya, membersihkan rumah, dan lain-lain. Dan itu semua aku lakukan, sementara disaat yang sama, sengaja aku tidak pernah mengungkit-ungkit atau menyinggung sedikitpun tentang keengganannya dalam mengerjakan kewajiban shalat. Sampai suatu hari aku berkata kepadanya: Baiklah kawan, insya-allah hari ini aku akan pergi mencari rumah kontrakan/kost-kostan sendiri untukku. Namun dia justru menahanku. Mungkin karena tidak ingin kehilangan layananku.
Kemudian pada suatu hari, saat kami sedang duduk bersama sambil menikmati minuman teh selepas santap siang, sebagaimana kebiasaan kami, tiba-tiba adzan asar berkumandang untuk menyeru hamba-hamba Allah. Akupun langsung meletakkan semua yang ada di tanganku dan bergegas bangkit untuk menyambut undangan Allah. Dan saat melihatku berkemas itu, temanku berkata kepadaku: Apakah engkau tidak bosan harus pergi ke masjid untuk shalat lima kali setiap hari? Aku jawab cepat: Sama sekali tidak. Aku justru merasakan kenyamanan dan menemukan ketenangan dengan shalat yang aku jalankan selama ini. Apakah engkau tidak ingin mencoba merasakannya pula? Ternyata ia merespon kata-kataku dengan positif seraya berucap: baiklah, tidak ada salahnya aku coba.
Sejurus berikutnya kamipun – untuk pertama kalinya – pergi bersama ke masjid. Namun ia pergi tanpa berwudhu terlebih dahulu. Dan aku sengaja tetap mendiamkannya. Ketika masuk masjid, kami melakukan shalat dua rakaat tahiyatul masjid. Saat itu aku berada tepat di belakangnya. Wallahu a’alam kok aku merasa itulah saat yang paling tepat untuk mendoakannya, selain doa-doaku untuknya selama ini. Maka akupun mengangkat kedua tanganku ke langit seraya bermunajat: Ya Rabbi! Sungguh aku telah berusaha semampuku untuk melakukan segalanya terhadap hamba-Mu yang ada di depanku ini. Sampai aku, dengan izin dan taufiq-Mu, berhasil memasukkannya ke dalam rumah-Mu, dan membawanya ke hadapan-Mu! Maka berikanlah kepadanya hidayah dan petunjuk-Mu, ya Rabb!
Seterusnya seusai kami shalat, akupun bertanya kepadanya: Apa yang engkau rasakan sekarang di hatimu? Ia lantas menjawabku dengan mengatakan: Sungguh sebuah perasaan nyaman dan tenang yang belum pernah kurasakan sebelumnya! Maka setelah itu kukatakan kepadanya: Nah, setelah ini nanti ada shalat maghrib, dan aku berharap agar engkau mau mandi dan wudhu terlebih dulu sebelumnya. Dan ternyata iapun sepakat untuk melakukan itu. Akhirnya, alhamdulillah segala puji dan syukur bagi Allah, singkat cerita, Allah berkenan memberinya petunjuk dan hidayah, sehingga iapun berubah rajin sekali dalam menunaikan ajaran-ajaran Islam. Sehingga kamipun berteman dan bersahabat semakin akrab dan dekat, selayaknya saudara!
Sementara itu, pada suatu waktu, akupun berkesempatan mengingatkan kawan-kawan pengajar yang lain, seraya berujar: Sikap dan perlakuan kalian terhadap saudara kita itu selama ini kurang bagus. Coba lihat, bagaimana ternyata akhirnya Allah Ta’ala memberinya hidayah, dengan sarana akhlak dan kelembutan!
Bahkan ia kemudian menjadi seorang juru dakwah yang, dengan kehendak Allah, berhasil mengislamkan banyak orang, disamping sukses menyadarkan banyak hamba Allah yang lain, yang meskipun beragama Islam namun dengan tingkat keberislaman seperti kondisinya semula saat pertama kali aku mengenalnya! Falhamdu lillahi Rabbil-‘alamin!
Oleh:Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri, MA

Beribadah Sedikit Tapi Rutin


Ada seorang pemuda, sebut saja si Fulan. Dulu dia seorang yang rajin beribadah. Kalau masalah shalat wajib berjama’ah jangan ditanya, dia tidak pernah ketinggalan mengerjakannya. Shalat malam?! dia pun ahlinya. Baca Al-Qur’an?! sudah berkali-kali khatam. Puasa senin-kamis?! itu rutinitas mingguannya. Menghadiri pengajian?! Lha wong ustadznya saja sangat dekat dengan dia karena saking rajinnya menghadiri pengajian.
Namun itu cerita dulu. Sekarang si Fulan telah berubah. Alhamdulillah tidak sampai berubah “180 derajat”. Tapi ibadah-ibadah yang dulu dia geluti sekarang hampir semuanya dia tinggalkan. Lho kenapa ya?!

Mengenal Penyakit Futur
Mungkin yang sekarang menimpa si Fulan -atau orang yang sejenisnya- adalah rasa futur dalam mengerjakan ibadah. Futur adalah suatu masa dimana seseorang yang tadinya begitu bersemangat tiba-tiba menjadi lemah, seolah semangatnya itu lenyap ditelan waktu.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda, “Setiap amal perbuatan itu memiliki puncak semangatnya, dan setiap semangat memiliki rasa futur.” (HR.Ahmad)

Hindari Sikap Berlebihan
Salah satu hal yang menjadikan ajaran Islam ini sebagai rahmatan lil ‘alamin adalah dilarangnya sikap berlebihan dalam beribadah dan tercelanya perbuatan tersebut.
Banyak dalil yang menunjukkan hal ini, diantaranya kisah tiga orang sahabat yang mendatangi rumah istri-istri Rasulullah demi menanyakan bagaimana beliau Shalallahu ‘alaihi wa Sallam beribadah. Setelah mereka bertiga diberitahu tentang hal tersebut mereka merasa minder, lalu berkata, “Kita ini siapa dibandingkan dengan Rasulullah?! padahal beliau seorang yang telah diampuni dosa-dosanya baik yang lalu maupun yang akan datang.”
Kemudian salah seorang dari mereka bertiga berkata, “Kalau begitu aku akan shalat malam terus menerus (dan tidak tidur).”
Yang satunya lagi berkata, “Adapun aku, aku akan berpuasa seharian penuh dan tidak berbuka.”
Yang lainnya lagi berkata, “Kalau aku, aku akan memisahkan diri dari wanita dan tidak akan menikah selamanya.”
Kemudian Rasulullah mendatangi mereka seraya bertanya, “Apakah kalian yang tadi berkata demikian dan demikian?!. Adapun aku, demi Allah, sungguh aku adalah orang yang paling takut dan bertakwa kepada Allah di antara kalian. Akan tetapi bersamaan dengan itu, aku berpuasa dan aku pun berbuka. Aku shalat dan aku pun tidur. Aku pun menikah dengan para wanita. Dan siapa saja yang tidak suka dengan sunnahku, maka dia bukan dari golonganku.” (HR. Muslim).
Dalam hadits lain Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam juga bersabda, “Sesungguhnya agama itu mudah. Tidak ada seseorang yang berlebih-lebihan dalam agama kecuali akan terkalahkan.” (HR. Bukhari)
Bahkan Rasulullah sendiri saja terkadang tidak memperpanjang shalatnya, sebagaimana yang dituturkan oleh Abu ‘Abdillah Jabir bin Samrah Radhiyallahu ‘anhuma, “Aku pernah shalat bersama Nabi. Shalat beliau tidak lama, demikian pula dengan khutbahnya.” (HR. Muslim). Al-Imam An-Nawawi menerangkan bahwa maksudnya adalah shalatnya tidak terlalu lama dan tidak terlalu sebentar.

Sedikit Asal Rutin, Itu Kuncinya
Untuk ibadah-ibadah yang hukumnya tidak wajib, kita boleh untuk tidak mengerjakannya secara menyeluruh. Bahkan yang terbaik dalam beramal adalah mengerjakan yang kita bisa meskipun tidak banyak asal dengan syarat : RUTIN.
Inilah yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dalam sabdanya, “Amalan yang paling dicintai adalah yang rutin walaupun sedikit.” (Muttafaq ‘alahi)
Rasulullah juga pernah menasehati ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash, “Wahai ‘Abdullah, janganlah kau menjadi seperti orang itu. Dulu ia rajin qiyamul lail, namun kemudian meninggalkannya.” (Muttafaq ‘alaih)

Harus Sesuai Syari’at
Sebuah pemahaman yang patut dimengerti oleh setiap muslim adalah bahwa amalan itu hanya dapat diterima jika memenuhi 2 syarat utama: (1) ikhlas hanya karena Allah, dan (2) mengikuti apa yang telah disyariatkan dan dicontohkan oleh Rasulullah. Kalau salah satu keduanya tidak ada, maka amalan tersebut tertolak.
Sah-sah saja kita beramal dengan berbagai macam ibadah selagi kita mampu, namun yang perlu diperhatikan juga ialah amalan-amalan tersebut hendaknya bersumber dari 2 syarat tadi. Jika amalan yang kita kerjakan selama ini ternyata hanya sekedar ‘produk buatan’ manusia saja (tidak sesuai dengan syariat, membuat ibadah baru), apalagi ditambah dengan ketidak-ikhlasan kita, maka yakinilah bahwa amalan tersebut pasti tertolak.
Rasulullah bersabda, “Siapa saja yang membuat-buat ajaran baru yang bukan berasal dari kami maka ia tertolak.” (HR.Muslim)
Dan masih ingat dengan kisah 3 orang sahabat tadi?! Bukankah amalan-amalan yang mereka lakukan itu semuanya baik bila kita melihatnya dengan sekilas saja (shalat semalam suntuk dengan tidak tidur, puasa seharian penuh dengan tidak berbuka, dan bersikeras untuk tidak menikah) ?! Akan tetapi Rasulullah membencinya disebabkan ketidaksesuaian amalan-amalan tersebut dengan syari’at Islam.
Betapa indahnya perkataan seorang ‘Abdullah bin Mas’ud terkait masalah ini, “Sederhana dalam mengikuti Sunnah itu jauh lebih baik daripada berlebih-lebihan dalam mengerjakan amalan-amalan baru yang tidak pernah dicontohkan Nabi.”

Jangan Disalahpahami !
Apa yang baru saja kami paparkan bukanlah pembelaan untuk mereka yang bermalas-malasan dalam beribadah dan bukan pula celaan bagi mereka yang berusaha memperbanyak amalan shalih. Jangan sampai ada dari kita yang malah memandang sinis orang-orang yang rajin beribadah seraya mengatakan, “Jadi orang Islam itu ga usah fanatik kayak gitu lah.”
Tapi mari kita sama memperbanyak amalan shalih sebagai bekal kita menuju kehidupan akhirat kelak. Beribadahlah sesuai kesanggupan. Mari sama-sama berangkat ke masjid selama masih diberi kesanggupan oleh Allah. Yuk sama-sama mengaji agar kita bisa kenal agama. Ayo shalat malam selagi kita masih sehat wal ‘afiat. Kalau ada rezeki maka infakkan fi sabilillah, dan tabung untuk bisa berangkat haji ke tanah suci. Begitu juga dengan ibadah yang lainnya, kerjakan selagi mampu dan jangan memaksakan diri. Rutinkanlah ibadah tertentu yang patut Anda banggakan nanti dihadapan Allah. Serta jangan lupa untuk selalu berdoa kepada Allah agar kita dan saudara-saudara kita tetap diberi ke-istiqomah-an dalam menjalankan ibadah-ibadah tersebut.
Dan bagi Anda yang sanggup melakoni segala macam ibadah, bersyukurlah. Karena sesungguhnya kesanggupan Anda tersebut tidak lain adalah anugerah dari Allah Ta’ala, bukan semata-mata karena kekuatan fisik Anda.

Bersabar Jika Tertimpa Musibah

Banyak diantara kaum muslimin yang jika dia tertimpa musibah dia akan menjauh dari Allah dan sampai berburuk sangka kepada Allah. Padahal suatu musibah itu didatangkan oleh Allah kepada seseorang itu untuk menguji hambanya seberapa kuat iman dari seorang hamba tersebut.

Seperti dikutip dalam hadist
" Ujian yang tiada henti-hentinya menimpa kaum mu'minin pria atau wanita, yang mengenai dirinya, hartanya, anaknya, tetapi dia tetap bersabar, dia akan menemui Allah dalam keadaan tiada berdosa" HR Turmudi

Kebanyakan manusia memahami musibah hanya sebatas perkara-perkara dan kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan, menyusahkan, menyulitkan dan menyedihkan, menghancur luluh lantakkan segala yang ada diatas bumi. Pemaknaan seperti ini tidak seluruhnya salah,karena memang istilah musibah tersebut telah mengambil konotasi negative diatas dalam porsi yang cukup besar, pasalnya amat sedikit manusia yang menyadari bahwa kesenangan, kegembiraan, harta kekayaan hingga kesehatan dan ilmu pengetahuan pun adalah musibah (ujian) atas dirinya.

Ibnu Manzhur dalam LisanulArab (1/534) bahwa setiap yang turun dari atas ke bawah dan musibah adalah setiap yang terjadi sepanjang masa. Dalam kitab Tasliyah Ahli Mashaaib(1/13) disebutkan bahwa hakikat musibah adalah hal-hal yang tidak disukai. AlQurthuby mengatakan segala sesuatu yang menyakitkan menimpa orang beriman. Diriwayatkan dari Ikrimah secara mursal: “Pada suatu malam lampu tempel di rumah Rasulullah padam, lantas beliau mengatakan: “Inna lillahi wa inna ilaihiraji’un,” kemudian dikatakan: Apakah telah terjadi satu musibah yang Rasulallah?Beliau menjawab: “Ya,segala sesuatu yang menyusahkan adalah musibah.”

Kebaikan- Keburukan sebagai fitnah

Fitnah adalah cobaan-ujian.Asal katanya berasal dari fatantual fidhdhah wa al dzahab artinya aku membakarnya (meleburkannya) kedalam api untuk memisahkan kadar elemen yang baik dan buruk (Lisanul Arab (13/317) .  Allah Ta’ala menjadikan kebaikan dan keburukan sebagai fitnah (ujian) untukmengetahui siapa yang baik amalnya danyang tidak. Firman-Nya:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُالْمَوْتِوَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Tiap-tiap yang berjiwaakan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Qs. Al Anbiya’: 35)
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَوَالْحَيَاةَلِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Qs.Al Mulk: 2)
Banyak manusia yang ketika diuji dengan kesusahan ia bersabar, namun sedikit manusia yang ketika diuji dengan kesenangan ia bersyukur kecuali orang-orang yang dirahmati Allah Ta’ala dari kalangan orang-orang beriman. Contohnya Fir’aun yang kufur ketika diuji dengan kekuasaan, Qorun yang kufur ketika diuji dengan kekayaan, Bushaisha’ yang kufur ketika diuji dengan ilmu al Kitab, dan masih banyak contoh ujian-ujian yang menyangkut kekuasaan -pangkat dan jabatan-, kekayaan-emas, perak, tempat tinggal, kendaraan, sawah ladang-, popularitas -pengaruh dan pengikut-, kesenangan duniawi -kesehatan, kecantikan, isteri dan anak-anak-, dan lain sebagainya. Sebagai seorang mukmin sikap yang sebenarnya adalah:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِإِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُسَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُوَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًالَهُ  . رواهمسلم عن صهيب  7692
“Amat mengagumkan urusan orang yang beriman, semua keadaannya adalah baik. Hal itu tidak terjadi kecuali pada diri si mukmin. Apabila ia mendapatkan kesenangan bersyukur dan itu baik baginya, namun jika ia tertimpa kesusahan bersabar dan itupun baik baginya.” HR.Muslimdari Shuhaib ra (7692)
Oleh karenanya AllahTa’alaberfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْلَئِنشَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan(ingatlah juga),tatkala Rabbmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamubersyukur, pasti Kamiakan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamumengingkari (nikmat-Ku), makasesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Qs.Ibrahim: 7)
قَالَ هَذَا مِن فَضْلِرَبِّيلِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِوَمَنكَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
“Ia (Nabi Sulaiman) pun berkata: “Ini termasuk kurnia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi MahaMulia”. (Qs. An Naml:40)

Semua dari Allah Ta’ala

Kita meyakini bahwa Allah Ta’ala telah menetapkan segala sesuatu dalam Lauh Mahfuzh semenjak lima puluh ribu tahun lamanya sebelum Allah menciptakan langit dan bumi. Maka apapun yang terjadi didalam kekuasaan-kerajaan-Nya dilangit dan di bumi tidak terlepas dari kehendak-Nya Tabaraka Wa Ta’ala.
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَالْخَلاَئِقِقَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ- قَالَ -وَعَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ .رواه مسلم عن عبد الله بنعمرو بن العاص 6919
“Allah telah menetapkantakdir-takdir semua makhluk sebelum Dia menciptakan langit dan bumi semenjak lima puluh ribu tahun -(perawi) berkata-:dan Arsy-Nya berada diats samudera.”HR. Muslim dari Abdullah bin ‘Amr bin al‘Ash ra (6919)
Allah Ta’ala berfirman:
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍإِلَّابِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّشَيْءٍعَلِيمٌ
“Tidak ada suatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yangberiman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs. At Thaghabun:11)

Nilai dan Hikmah dibalik Musibah

Jika kita mentadabburi ayat-ayat kauniyah Allah Tabaraka wa Ta’ala yang berbicara tentang bagaimana Allah memainkan peran-Nya dalam mengatur alam semesta ini, maka pada semua yang terjadi, yang sedang terjadi dan yang akan terjadi, terdapat hikmah yang sangat agung lagi mulia, yang bermuara pada satu hal yakni kebaikan si hamba dunia dan akhirat, siapa yang rela dan pasrah menerima baginya keridho’an Allah dan siapa yang marah serta berburuk sangka baginya murka dan siksa Allah.
Rasulullah Shalallahu‘alaihi wa sallam bersabda:
عِظَمُ الْجَزَاءِ مَعَعِظَمِالْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَفَلَهُالرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ
“Besarnya pahala bersama dengan besarnya ujian, dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka, maka siapa rela ikhlas menerimanya ia akan mendapatkan keridho’an-Nya dan siapa yang marah dengan ujian itu maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya.”(HR. atTirmidzi 2576, Ibnu Majah 4167)
Hadits tersebut menunjukkan bahwa ada musibah yang nilainya adalah ujian bagi orang-orangyang beriman agarAllah membuktikan kecintaan-Nya kepadanya, disamping itu Allah juga hendak menghapus dosa-dosanya dan hendak menaikkan derajatnya ketempat yang paling tinggi disisi-Nya.
RasulullahShalallahu‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَمِنْشَوْكَةٍ فَمَا فَوْقَهَا إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً أَوْ حَطَّعَنْهُبِهَا خَطِيئَةً.رواه مسلم عن عائشة 6727
“Tidaklah seorang mukmin tertusuk oleh duri atau yang lebih dari itu kecuali dengan itu Allah meninggikannya satu derajat atau menghapus darinya satu kesalahan.” HR.Muslimdari ‘Aisyah ra (6727)
مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَمِنْوَصَبٍ وَلاَ نَصَبٍ وَلاَ سَقَمٍ وَلاَ حَزَنٍ حَتَّى الْهَمِّ يُهَمُّهُ إِلاَّكُفِّرَبِهِ مِنْ سَيِّئَاتِهِ  . رواه مسلم عن أبيسعيدالخدري و أبي هريرة 6733
“Tidaklah seorang mukmin terkena satu penyakit, atau menderita kepayahan, atau kelelahan, atau kesedihan hingga kegundahan yang menggelisahkannya kecuali dengannya Allah menghapuskan kesalahan-kesalahannya.”HR.Muslim dari Abu Sa’id al Khudry ra dan Abu Huairahra (6733)
Ada pula musibah sebagai bentuk peringatan Allah kepada ummat manusia, untuk kembali kepada-Nya, meninggalkan segala bentuk maksiat.
وَمَا نُرِيهِم مِّنْآيَةٍإِلَّا هِيَ أَكْبَرُ مِنْ أُخْتِهَا وَأَخَذْنَاهُم بِالْعَذَابِ لَعَلَّهُمْيَرْجِعُونَ
“Dan tidaklah Kami perlihatkan kepada mereka sesuatu mukjizat kecuali mukjizat itu lebih besar dari mukjizat-mukjizat yang sebelumnya. Dan Kami timpakan kepada mereka azab supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Qs. Az Zukhruf :48)
وَلَقَدْ أَهْلَكْنَامَاحَوْلَكُم مِّنَ الْقُرَى وَصَرَّفْنَا الْآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitarmu dan Kami telah mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang supaya mereka kembali(bertaubat).”(Qs.Al Ahqof: 27)
Dan beberapa firman Allahlainnya berikutini:
وَحَرَامٌ عَلَى قَرْيَةٍأَهْلَكْنَاهَاأَنَّهُمْ لَا يَرْجِعُونَ
“Sungguh tidak mungkin atas (penduduk) suatu negeri yang telah Kami binasakan, bahwa mereka tidak akan kembali (kepada Kami).” (Qs. Al Anbiya’ : 95)
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِيالْبَرِّوَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِيعَمِلُوالَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan didarat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali(ke jalan yang benar).” (Qs. Ar Ruum :41)
وَلَنُذِيقَنَّهُمْمِنَالْعَذَابِ الْأَدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Dan Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).”(Qs. As Sajdah :21)
Dan yang kita takuti adalah ketika musibah itu sebagai azab Allah, dan ia tidak datang kecuali kepada kaum yang durhaka lagi melampaui batas.
أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَن يَأْتِيَهُمْبَأْسُنَابَيَاتاً وَهُمْ نَآئِمُونَ.  أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنيَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ.  أَفَأَمِنُواْ مَكْرَ اللّهِ فَلاَيَأْمَنُمَكْرَ اللّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ .
“Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka dimalam hari diwaktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah(yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (Qs. Al A’rfaf: 97-99)
SemogaAllah mengampuni dosa-dosadan kesalahan kita, dan semoga Allah mengangkat musibah-musibah yang menimpa kita, dan kita doakan semoga kaum muslimin yang tertimpa musibah-musibah itu diberi kesabaran dan diberikan balalasan yang berlipat ganda disisi-Nya.
Hubungan Kausalitas(sebab-musabab)
Dengan melihat ayat-ayat alQuranul Karim diatas, maka apapun yang terjadi di alam semesta ini tidak terlepas dari ketetapan Allah secara kauniyah, akan tetapi yang dapat kita perhatikan untuk diambil pelajarannya adalah bahwa musibah itu terjadi memang semata-mata kehendak-Nya, namun adapula musibah yangterjadi lantaran terkait secara kausalitas (hubungan sebab musabab) olehkarenanya Allah berfirman:
وَمَاأَصَابَكُم مِّنمُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yangmenimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatantanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (darikesalahan-kesalahanmu).” (Qs. Asy Syuro’: 30)
ظَهَرَالْفَسَادُ فِيالْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمبَعْضَ الَّذِيعَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan didarat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Qs.Ar Ruum: 41)
Contohyang kedua iniadalah banjir, longsor, kebakaran, kecelakaan dan sebagainya yang sangat dipengaruhi oleh factor human error (kesalahan manusia).

Yang dapat mengangkat azab dan siksa

Hanya Allah Tabaraka wa Ta’ala saja dapat mengangkat dan menghilangkan musibah-musibah yang menimpa kita saat ini, tidak ada Dzat selain-Nya yang kuasa untuk itu, maka sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk kembali rujuk, bermunajat/ memohon kepada Rabb alam semesta ini untuk mengganti segala bentuk musibah ini dengan nikmat dan karunia-Nya. Sudah barang tentu disana terdapat konsekwensinya yang secara logis dapat kita fahami, yakni kita wajib mentauhidkan-Nya, beribadah kepada-Nya, menegakkan syariat-Nya, dan menjauhi segala bentuk kesyirikan, kekufuran, kemaksiatan,kezhaliman, kefasikan, dan semua yang dapat mendatangkan murka-Nya danazab-Nya.
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا كَانَ اللّهُلِيُعَذِّبَهُمْوَأَنتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.”(Qs.Al Anfal: 33)
إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَوَعَمِلَعَمَلاً صَالِحاً فَأُوْلَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍوَكَانَاللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً
“kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejelekan(keburukan)mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al Furqon: 70)
Dari dua ayat al Qurandiatas kita simpulkan bahwa Allah akan mengangkat dan menghilangkan azab-Nya dengan beberapa sebab:
1.   Keberadaan Nabi Muhammad Shalallahu‘alaihi wa sallam berada ditengah-tengah   ummat manusia. Sebab itu sudah tidak ada.
2.    Istighfar
3.    Taubat.
4.    Beriman.
5.   Beramal Shaleh.