Sahabat ku, hidup ini memang akan menyenangkan bila kita selalu
berada dalam hiburan-hiburan yang ada di sekitar kita, dan hiburan ini
juga menjadi penting bagi kita di saat-saat kita sudah mulai penat
dengan rutinitas tanpa makna, yang mungkin sering kita alami dalam
kehidupan sehari-hari. Hiburan layaknya garam dalam sayuran, bila pas
ukurannya maka sayuran terasa nikmat, jika hiburan kita berikan tepat
sesuai dengan kadarnya maka hidup kita akan bahagia, namun jika
berlebihan maka kehampaan yang akan kita alami.
Hiburan yang kita lakukan jangan sampai mengorbankan idealism kita sebagai seorang Muslim apalagi jika sampai, gara-gara hiburan Allah di nomor duakan. Contoh nyatanya, para remaja dan pemuda sangat bersemangat dan niat sekali untuk menghibur dirinya dengan menonton pertandingan sepakbola Liga Champions jam 2 pagi. Memasang alarm agar tidak ketinggalan menonton, menyiapkan snack, kopi dan lain-lain.
Begitu luar biasanya antusiasme remaja dan pemuda kita demi menonton pertandingan sepakbola klub-klub eropa. Mereka rela berdagang dan bangun di waktu dini hari untuk menonton liga champions. Anehnya jarang sekali di antara mereka menyempatkan dan meniatkan diri untuk memasang alarm jam 4.30 pagi untuk shalat subuh berjamaah di masjid. Padahal kita sangat paham bahwa Allah jauh lebih penting daripada sepakbola. Tapi kenapa kita lebih memilih sepakbola daripada Allah? Kenapa kita lebih cinta kepada bola daripada cinta kepada Allah? Pantaskah kita masuk surge dengan sikap kita yang seperti ini?
Lihatlah wahai pemuda, masjid-masjid jika bisa berbicara ia akan menangis terisak-isak, pilu melihat masjid di subuh hari sepi bagaikan kuburan tua. Padahal musuh-musuh Islam pernah mengatakan bahwa mereka tidak takut kepada Islam sampai jumlah jamaah shalat subuh nya sama banyaknya dengan ketika shalat Jum’at. Hari ini masih jauh dari harapan saat subuh hari, para remaja dan pemuda kit a bukan sibuk bermunajat kepada Allah sampai berlinangan air mata namun mereka masih saja berlinangan air mulut dalam nyenyaknya tidur mereka dibaluti mimpi-mimpi kosong nan hampa.
Padahal bila kita lihat di tivi saat ada acara music ramainya bukan main. Lalu di manakah hati para remaja dan pemuda muslim kita saat ini? Yang lebih mencintai bola daripada Allah, yang lebih mencintai studio music daripada masjid. Padahal Rasulullah pernah bersabda bahwa salah satu hamba Allah yang di hari kiamat akan dinaungi dan dilindungi Allah ialah seorang pemuda yang hatinya tertambat, terikat dengan masjid.
Dan jika kita sebagai seorang remaja dan pemuda taat menjalankan perintah Allah dan menjadi hambanya yang shalih, maka Allah akan lebih mencintai pemuda atau remaja yang shalih daripada orang tua berumur senja yang shalih. Karena merupakan sebuah hal yang mengagumkan ketika seorang remaja yang hidupnya penuh godaan maksiat dan hura depan mata, tapi ia lebih memilih untuk “berhura-hura” dengan Allah saja. Lebih memilih taat kepada Allah daripada hiburan-hiburan yang melenakan. Wahai para remaja dan pemuda, mari kita berusaha menjadi hamba yang dicintai Allah dengan meramaikan masjid-masjid Allah.
Hiburan yang kita lakukan jangan sampai mengorbankan idealism kita sebagai seorang Muslim apalagi jika sampai, gara-gara hiburan Allah di nomor duakan. Contoh nyatanya, para remaja dan pemuda sangat bersemangat dan niat sekali untuk menghibur dirinya dengan menonton pertandingan sepakbola Liga Champions jam 2 pagi. Memasang alarm agar tidak ketinggalan menonton, menyiapkan snack, kopi dan lain-lain.
Begitu luar biasanya antusiasme remaja dan pemuda kita demi menonton pertandingan sepakbola klub-klub eropa. Mereka rela berdagang dan bangun di waktu dini hari untuk menonton liga champions. Anehnya jarang sekali di antara mereka menyempatkan dan meniatkan diri untuk memasang alarm jam 4.30 pagi untuk shalat subuh berjamaah di masjid. Padahal kita sangat paham bahwa Allah jauh lebih penting daripada sepakbola. Tapi kenapa kita lebih memilih sepakbola daripada Allah? Kenapa kita lebih cinta kepada bola daripada cinta kepada Allah? Pantaskah kita masuk surge dengan sikap kita yang seperti ini?
Lihatlah wahai pemuda, masjid-masjid jika bisa berbicara ia akan menangis terisak-isak, pilu melihat masjid di subuh hari sepi bagaikan kuburan tua. Padahal musuh-musuh Islam pernah mengatakan bahwa mereka tidak takut kepada Islam sampai jumlah jamaah shalat subuh nya sama banyaknya dengan ketika shalat Jum’at. Hari ini masih jauh dari harapan saat subuh hari, para remaja dan pemuda kit a bukan sibuk bermunajat kepada Allah sampai berlinangan air mata namun mereka masih saja berlinangan air mulut dalam nyenyaknya tidur mereka dibaluti mimpi-mimpi kosong nan hampa.
Padahal bila kita lihat di tivi saat ada acara music ramainya bukan main. Lalu di manakah hati para remaja dan pemuda muslim kita saat ini? Yang lebih mencintai bola daripada Allah, yang lebih mencintai studio music daripada masjid. Padahal Rasulullah pernah bersabda bahwa salah satu hamba Allah yang di hari kiamat akan dinaungi dan dilindungi Allah ialah seorang pemuda yang hatinya tertambat, terikat dengan masjid.
Dan jika kita sebagai seorang remaja dan pemuda taat menjalankan perintah Allah dan menjadi hambanya yang shalih, maka Allah akan lebih mencintai pemuda atau remaja yang shalih daripada orang tua berumur senja yang shalih. Karena merupakan sebuah hal yang mengagumkan ketika seorang remaja yang hidupnya penuh godaan maksiat dan hura depan mata, tapi ia lebih memilih untuk “berhura-hura” dengan Allah saja. Lebih memilih taat kepada Allah daripada hiburan-hiburan yang melenakan. Wahai para remaja dan pemuda, mari kita berusaha menjadi hamba yang dicintai Allah dengan meramaikan masjid-masjid Allah.