Laman

Search This Blog

Postingan Populer

TOLERANSI DALAM ISLAM

Akhir akhir ini kata toleransi sering kita dengar, apalagi dengan adanya fenomena Ahok yang menyita perhatian orang indonesia dan dunia, kata toleransi, intoleransi atau kebinekaan kerap kita dengar. Sekarang ini banyak yang menganggap umat Muslim adalah umat beragama yang tidak toleran terhadap agama lain..apalagi sejak banyaknya teror yg mengatasnamakan Islam, tetapi mereka sesungguhnya tidak melihat sejarah bahwa Islam adalah agama yg paling toleran terhadap agama lain.  Toleransi yang seperti apakah yang ada di Al quran atau yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.

Didalam surat Al hujurad ayat 11 yang artinya

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Didalam surat al kafirun ayat 6 terakhir

"Lakum diinukum waliyadiin" "Bagimu agamamu dan bagiku agamaku"

Nabi muhammad juga banyak mencontohkan tentang toleransi

Pada saat itu ketika rombongan jenazah yahudi melewatinya, Rasulullah berdiri (sebagai penghormatan). Sahabat bertanya “wahai rasulullah tapi dia itu orang yahudi?” Rasulullah menjawab “bukankah dia manusia?” Bahkan dilain kesempatan ketika Rasulullah ditanya tentang memberi bantuan materi kepada non Muslim, “Apakah kami boleh memberi bantuan kepada orang-orang Yahudi?” Tanya sahabat kepada Rasulullah saw. “Boleh, sebab mereka juga makhluk Allah, dan Allah akan menerima sedekah kita”, jawab Rasulullah saw sambil bangga atas inisiatif sahabat-nya.
Seorang yahudi, yang tiap hari melempari kotoran kearah rasulullah, mencaci dan menyakiti. Terbelalak matanya Karena justru orang yang pertama sekali menjenguknya saat dia sakit adalah orang yang teramat dibencinya. Karena itulah lalu yahudi tersebut dengan bergetar hatinya berkata; “Demi Allah, budi pekertimu sungguh mencerminkan akhlaknya para nabi. Maka, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan engkau adalah utusan ALLAH”. “Bukankah dia manusia”. Kata ini telah menjadi konsep; bagaimana rasulullah bergaul dengan orang-orang yang berbeda, konsep tersebut terbukti bukan hanya manis di mulut tapi kosong dari perbuatan nyata. “bukankah dia manusia” telah melahirkan satu sikap indah untuk berlapang dada dengan orang yang berbeda, bahkan sampaipun berbeda keyakinan.

Suatu ketika rombongan 60 orang nasrani kota Najran tiba di Madinah al-Munawarah. Rasulullah kebetulan sedang ada di rumah. Pada saat Ashar, mereka masuk ke Masjid Nabawi, dimana Rasulullah berada. Mereka menunaikan sembahyang di dalam masjid. Spontan saja banyak orang yang ingin mencegah mereka. Tetapi dengan sigap, rasulullah bersabda “Biarkanlah mereka menghadap ke arah timur untuk menunaikan sembahyangnya”. Betapa indah sikap rasulullah terhadap keyakinan orang lain, beliau tetap menghormatinya.

Ahmad Shawi menceritakan dalam tafsir-nya, Abu Hushain (sahabat Anshar) mempunyai dua anak laki-laki beragama Nashrani. Di saat kedua anak-nya berjualan ke Madinah, ia menemui keduanya. Abu Hushain sangat mengingin-kan kedua anaknya masuk Islam. Dengan keadaan memaksa sambil emosi Hushain memboyong kedua anaknya kepada Rasulullah saw seraya berkata: “Ya Rasulullah, pantaskah di antara kami sebagainnya masuk neraka?” sambil menunjuk kedua anaknya dengan kesal. Namun Rasulullah saw diam. Maka di saat peristiwa itu turun ayat Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 256: "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.". bahkan Rasulullah tidak memaksakan orang tua untuk memaksa keyakinan anaknya sama dengan keyakinan orang tuanya. Apalagi memaksa keyakinan orang lain. Begitulah toleransi yang diajarkan oleh Islam.

Tetapi harus diingat toleransi tersebut harus dengan pluralisme agama. Hal tersebut senada dengan toleransi Rasulullah kepada mereka yang berbeda keyakinan. Bahwa toleransi rasulullah kepada mereka tidak menjadikan rasulullah membenarkan apa yang menjadi keyakinan mereka. Seperti pada kasus 60 nasrani dari kota Najran yang tertulis diatas. dalam dialog antara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan utusan Najran itu tidak ada “kesepakatan” karena mereka tetap menganggap bahwa Isa adalah “anak Tuhan” dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpegang teguh bahwa Isa adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sebagai Nabiyullah, Isa adalah manusia biasa. Para utusan itu tetap dijamu oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beberapa hari. Beliau menganjurkan toleransi antar sesama umat lainnya. Namun berbeda dalam mempertahankan aqidah. Ketika beliau diajak oleh orang kafir untuk saling menukar waktu, tempat dan bergantian menyembah tuhan, beliau menjawab tegas: “LAKUM DÎNUKUM WALIYADÎN” (Agama kamu untukmu dan agamaku untukku).

Jadi untuk masalah tolong menolong, menjenguk orang sakit, gotong royong, takziah orang yg meninggal dan menjaga kerukunan, kedamaian antar umat beragama adalah sudah tanggung jawab seorang muslim tanpa membedakan agama, suku, warna kulit, kaya atau miskin karena kita sama sebagai manusia di bumi ini. Tapi untuk masalah agama, Allah SWT membatasi kita dengan surat al kafirun ayat terakir “lakum dinukum waliyadin” bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Maksud dari ayat ini adalah muslim memberikan kebebasan kepada non muslim untuk melaksanakan ibadah mereka dan tanpa harus ikut didalammya begitu pula non muslim memberikan kebebasan kepada muslim untuk melaksanakan ibadah mereka dan tanpa harus ikut didalamnya. Sebenarnya Islam yang merupakan agama mayoritas di indonesia sangat toleran kepada non muslim, dapat beribadah tanpa ada gangguan. Pemerintah melindungi semua hak hak umat Beragama. walaupun ada 1 atau 2 kelompok yg mengatas namakan islam untuk berbuat teror, sebenarnya itu jauh dari ajaran islam yang rahmatan lil ‘alamin. Coba kita bandingkan dengan negara yg islamnya minoritas. Di cina, pemerintah melarang muslim di cina berpuasa di bulan ramadhan. Di swedia nabi muhammad dibuat karikatur dengan membawa bom. di inggris ada anti islam. Israel melarang muslim salat di masjidil aqso. Di myanmar, muslim diusir dari kampung mereka. Di irak di suriah muslim suni dibunuh pemerintah syiah. Seorang musslim itu seperti lebah, makannya dari yang baik (menghisap nektar bunga) yang dihasilkan juga baik (menghasilkan madu) terbang kesana kemari tanpa mengganggu yg lain, tapi sekali diganggu lebah akan menyengat dan menyerang. Jadi, untuk masalah akidah, iman dan islam seorang muslim jangan sampai goyah sampai kita mati. Semoga kita terhindardari ajaran ajaran yang dapat merusak akidah, iman dan keislaman kita. Aamiin. Saya akiri kultum saya kali ini, semoga ada manfaatnya bagi saya sendiri dan bagi jamaah sekalian. Mungkin ada kesalahan itu datangnya dari saya, kalau ada kebenaran itu datangnya dari Allah SWT

Subhanakallah huma wabihamdika ashadualla ilaha illa anta astagfiruka wa atubuilaik

0 comments:

Post a Comment